Jumat, 23 November 2012

Hizbulloh is The Great army


Kuda-Kuda Perang Hizbullah Lunturkan Nyali Israel

E-mailCetakPDF
Roket pasukan Hizbullah di perbatasan Israel sebagai persiapan serangan dahsyat ke ibu kota negara zionis tersebut. (Berita SuaraMedia)
BEIRUT (Berita SuaraMedia) - Tiga tahun setelah Israel berperang dalam sebuah serangan ke Libanon melawan Hizbullah, timbul ketakutan dari pihak Israel bahwa pejuang Hizbullah akan melakukan serangan balasan terutama dengan semakin bertambah kuatnya persenjataan kelompok pejuang tersebut.
Menurut Israel, PBB dan pejabat Hizbullah, kelompok Muslim itu kini telah bertambah kuat dibandingkan pada tahun 2006 ketika mereka diserang Israel sehingga memakan korban puluhan korban dari pihak Israel.
Hizbullah kini telah menumpuk roket hingga 40.000 buah dan melatih pasukannya untuk menggunakan misil dari permukaan-ke-permukaan yang sanggup menghancurkan Tel Aviv, serta misil anti pesawat udara untuk melawan Angkatan Udara Israel yang mendominasi langit Libanon.
Brigjen. Alon Friedman, wakil kepala Komando Utara Israel mengatakan pada The Times bahwa dari markasnya yang mengarah ke perbatasan Israel-Libanon, dapat terlihat bahwa kestabilan dalam Israel sedang dalam bahaya.
Ia menambahkan bahwa ketenangan yang ada di wilayah tersebut dapat meledak kapan saja.
Kekhawatirannya sebagian dikarenakan peringatan dari kepemimpinan Hizbullah. Bulan lalu, Sheikh Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah, memperingatkan bahwa jika pedesaan di bagian selatan Beirut dibom oleh Israel seperti yang terjadi pada perang terakhir kali, maka ia akan segera menyerang Tel Aviv, ibu kota Israel.
"Kita telah merubah persamaan yang pernah ada sebelumnya," ujarnya. "Sekarang adalah, desa selatan melawan Tel Aviv, dan bukan Beirut versus Tel Aviv."
Semua pihak setuju bahwa ancaman ini bukanlah gertakaan semata. Tahun lalu, skala peningkatan Hizbullah diungkapkan setelah sebuah ledakan dalam bunker amunisi Hizbullah yang berada di Desa Khirbert Slim, 23 mil dari perbatasan Israel.
Rekaman kamera pengawas, yang diambil oleh The Times menunjukan bahwa para pejuang Hizbullah berusaha sekuat tenaga untuk mengamankan roket dan amunisi lainnya dari situs tersebut, ketika penghalang diletakan di jalan masuk ketika penjaga perdamaian UNFIL memasuki area tersebut untuk melakukan investigasi.
Pihak Israel terus menekan para penjaga perdamaian untuk lebih keras terhadap Hizbullah dan mencoba menghentikan mereka dan kelompok bersenjata lainnya dari memasuki daerah selatan dari Sungai Litani yang merupakan area patroli PBB.
Namun tampaknya sudah terlambat untuk menghentikan peningkatan kemampuan Hizbullah.
Meskipun latihan dasar mengenai memegang dan menembakan senjata sekaligus praktek lapangan diajarkan di kamp Ad Hoc di pegunungan Bekaa Valley, lebih banyak latihan khusus justru dilakukan di Iran sejak 2006, kebanyakan dari mereka melakukan beberapa perjalanan untuk menguasai kemapuan dalam membuat bom, misil anti tank, dan menembakan roket permukaan-ke-permukaan.
Semangat para pejuang Hizbullah masih tinggi ditengah antisipasi peperangan dengan Israel.
Hussam, veteran berusia 33 tahun yang bergabung dengan Hizbullah pada tahun 1987, mengatakan bahwa "perang akan datang, sudah pasti. Israel tidak akan membiarkan kita sendirian. Israel adalah negara penghisap darah yang kejam."
Sumber militer yang dengan Hizbullah berkata bahwa kelompok tersebut telah mencari cara untuk meningkatkan keefektifan dari sistem pertahanan udaranya.
Mereka dipercaya telah menguasai sejumlah besar SA-18 misil-pundak yang dapat meningkatkan tantangan terhadap helikopter dan pesawat Israel yang terbang rendah.
Sumber intelijen barat telah mengatakan pada The Times bahwa pejuang Hizbullah juga menerima pelatihan dari Syria mengenai sistem SA-8. SA-8 yang dipandu oleh radar diluncurkan dari sebuah kendaraan dan memiliki ketinggian maksimum hingga 36.000 kaki yang dapat menjadi ancaman serius bagi dominasi Israel di langit Libanon.
Jet Israel dan drone tanpa awak memasuki langit Libanon dekat sebuah pangkalan harian. Israel mengatakan bahwa penerbangan tersebut diperlukan untuk sebuah tujuan inspeksi daerah, meskipun PBB menganggap tindakan tersebut merupakan sebuah pelanggaran dari Resolusi 1701.
Israel menganggap penguasaan Hizbullah terhadap sistem anti pesawat udara sebagai sebuah garis merah dimana Israel dapat melakukan sebuah respon militer untuk menghancurkan sistem pertahanan tersebut.
Israel mengklaim bahwa Hizbullah telah melipatgandakan jumlah roket permukaan-ke-permukaan sejak perang 2006, dengan jumlah sekitar 40.000. banyak dari mereka merupakan roket jarak pendek dari seri Katyusha yang pernah ditembakan ke utara Israel pada tahun 2006 dari sebuah peluncur bawah tanah yang terselubung dengan baik. Hizbullah juga memilikii roket yang mampu menghancurkan Tel Aviv.
Danny Ayalon, wakil menlu Israel mengatakan kepada Times bahwa "Hizbullah tidak hanya menggantikan amunisi tapi juga meningkatkan misil mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka sekarang dapat menghancurkan Israel."
Menurut sumber intelijen, Hizbullah berharap untuk menerima versi yang sudah diimprovisasi dari roket Fateh-100 yang diproduksi Iran yang dapat membawa 1.100 pon kepala roket lebih dari 125 mil jauhnya.  Syria berusaha untuk meningkatkan jarak dan keakuratan dari roket tersebut, menurut sebuah sumber.
Pejabat Hizbullah menolak untuk menyediakan detik dari peningkatan militernya, namun, mereka tidak menyangkal bahwa mereka telah sangat siap seandainya terjadi perang lagi dengan Israel.
Sheikh Naim Qassem, wakil ketua Hizbullah, berkata dalam sebuah interview dengan The Times bahwa  "Hizbullah yang sekarang jauh lebih baik dari Hizbullah yang dulu pada bulan Juli 2006. Dan jika orang-orang Israel berpikir bahwa mereka akan menyebabkan banyak kerusakan pada kami, maka kami akan menyebabkan lebih banyak kerusakan kepada mereka."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar